Senin, 09 November 2015

Makalah Konsep Dasar Pendidikan Seni

MAKALAH

”Konsep Dasar Pendidikan Seni Rupa”

Dosen pembimbing : M. Reyhan Florean, M.Pd
Mata kuliah : Pendidikan Seni Rupa
Program Studi S1 PGSD









Disusun Oleh :
1.    Rindy Nuristya N.                                    (14186206296)
2.    Nurul Siti Khotijah                      (14186206293)
3.    Oktaviola Riza N.                                    (14186206188)
4.    Uun Fitria                                                (14186206175)

PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD)
KELAS 3E
                                                               

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
( STKIP )
PGRI TULUNGANGUNG
TAHUN AKADEMIK 2015-2016




KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang berjudul “ Konsep Dasar Pendidikan Seni Rupa “ tanpa halangan apapun.
            Dalam pembuatan makalah ini, kami mendapat bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada:
1.         Ibu Rahayu Setiani, M.Pd, selaku Kepala Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah memberikan kesempatan dan memberi fasilitas sehingga makalah ini dapat selesai dengan lancar.
2.         Ibu Frita Devi Asriyani, M.Pd, selaku dosen wali yang banyak membantu sehingga pembuatan makalah ini dapat selesai dengan lancar.
3.         Bapak M Reyhan Florean, M.Pd, selaku dosen mata kuliah seni rupa yang telah memberi kesempatan dan memfalitasi sehingga makalah ini selesai dengan lancar.
4.         Orangtua dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam pembuatan makalah ini.

Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya, kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan ke arah kesempurnaan. Akhir kata kami sampaikan terimakasih.

Tulungagung,  Oktober 2015


Penulis


Daftar Isi

Kata Pengantar...........................................................................................     2
Daftar Isi.....................................................................................................     3
Bab I Pendahuluan.....................................................................................     4
A.    Latar Belakang ...............................................................................     4
B.     Rumusan Masalah...........................................................................     4
C.     Tujuan ............................................................................................     4
Bab II Pembahasan.....................................................................................     5
A.    Seni sebagai media pendidikan ......................................................     5
a.       Pengertian seni .........................................................................     5
b.      Pendapat seni lainnya menurut para ahlli .................................     8
c.       Fungsi seni ...............................................................................     7
d.      Peran seni sebagai media pendidikan ......................................     9
B.     Pendidikan berbasis ilmu dalam pendidikan seni rupa...................    10
a.       Pendidikan berbasisi disiplin  ilmu dalam pendidikan seni rupa 10
b.      Pendekatan kompetensi dalam pendidikan seni rupa ..............   11
Bab III Penutup..........................................................................................   14
A.    Kesimpulan.....................................................................................   14
B.     Saran............................................................................................... 14
Daftar Pustaka............................................................................................   15









BAB I
PENDAHULUAN

1.1        Latar Belakang
Pendidikan seni meliputi semua bentuk kegiatan tentang aktivitas fisik dan nonfisik yang tertuang dalam kegiatan berekspresi, bereksplorasi, berkreasi dan berapresiasi melalui bahasa rupa, bunyi, gerak dan peran. (Rohidi 2000:7). Melalui pendidikan seni anak dilatih untuk memperoleh keterampilan dan pengalaman mencipta yang disesuaikan dengan lingkungan alam dan budaya setempat serta untuk memahami, menganalisis, dan menghargai karya seni. Tegasnya pendidikan seni di sekolah dapat menjadi media yang efektif dalam mengembangkan pengetahuan, keterampilan, kreativitas, dan sensitivitas anak.
Tujuan pendidikan seni juga dapat dilihat sebagai upaya untuk mengembangkan sikap agar anak mampu berkreasi dan peka terhadap seni atau memberikan kemampuan dalam berkarya dan berapresiasi seni. Kedua jenis kemampuan ini menjadi penting artinya karena dinamika kehidupan sosial manusia dan nilai-nilai estetis mempunyai sumbangan terhadap kebahagiaan manusia di samping mencerdaskannya.

1.2    Rumusan Masalah
a.       Apa yang di maksud seni sebagai media pendidikan ?
b.      Apa yang di maksud pendekatan berbasis ilmu dalam pendidikan seni rupa?
1.3    Tujuan
a.       Untuk mengetahui maksud seni sebagai media pendidikan.
b.      Untuk mengetahui maksud pendekatan berbasis ilmu dalam pendidikan seni rupa.




BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Seni Sebagai Media Pendidikan
A.       Pengertian Seni
Seni adalah ide, gagasan, persasaan, suara hati, gejolak jiwa, yang diwujudkan atau di ekspresikan, melalui unsur-unsur tertentu, yang bersifat indah untuk memenuhi kebutuhan manusia, walaupun banyak juga karya seni yang digunakan untuk binatang.
Kata “seni” adalah sebuah kata yang semua orang di pastikan mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda. Konon kabarnya kata seni berasal dari kata “SANI” yang kurang lebih artinya “jiwa yang luhur/ ketulusan jiwa.
Dalam bahasa Sanskerta, kata seni disebut cilpa. Sebagai kata sifat, cilpa berarti berwarna, dan kata jadiannya su-cilpa berarti dilengkapi dengan bentuk-bentuk yang indah atau dihiasi dengan indah. Sebagai kata benda ia berarti pewarnaan, yang kemudian berkembang menjadi segala macam kekriaan yang artistik. Cilpacastra yang banyak disebut-sebut dalam pelajaran sejarah kesenian, adalah buku atau pedoman bagi para cilpin, yaitu tukang, termasuk di dalamnya apa yang sekarang disebut seniman. Memang dahulu belum ada pembedaan antara seniman dan tukang. Pemahaman seni adalah yang merupakan ekspresi pribadi belum ada dan seni adalah ekspresi keindahan masyarakat yang bersifat kolektif. Yang demikian itu ternyata tidak hanya terdapat di India dan Indonesia saja, juga di Barat pada masa lampau.
Dalam bahasa Latin pada abad pertengahan, ada terdapat istilah-istilah ars, artes, dan artista. Ars adalah teknik atau craftsmanship, yaitu ketangkasan dan kemahiran dalam mengerjakan sesuatu; adapun artes berarti kelompok orang-orang yang memiliki ketangkasan atau kemahiran; dan artista adalah anggota yang ada di dalam kelompok-kelompok itu. Maka kiranya artista dapat dipersamakan dengan cilpa.
Kamus Modern Bahasa Indonesia dari Mohammad Zain yang terbit sekitar tahun 1950, menerangan bahwa yang masuk seni rupa ialah seni lukis, seni pahat dan seni patung. Memang hingga kini dalam pemakaian populer, istilah "seni rupa" sering digunakan dengan lingkup pengertian yang terbatas pada seni lukis, dan seni pahat atau seni patung. Namun, pendidikan formal seni rupa di Indonesia dalam perkembangannya telah memperluas lingkup pengertian istilah itu. Pendidikan tinggi seni rupa dapat menyelenggarakan sejumlah keahlian seperti seni grafis atau desain grafis atau komunikasi visual, desain industri atau desain produk, desain interior atau arsitektur interior, desain tekstil, seni keramik, seni lukis, seni patung dan kriya kayu, logam, kulit, keramik, dan sebagainya. 
I Gsuti Bagus Sugriwa dalam tulisan "Dasar-dasar Kesenian Bali" mengatakan bahwa seni berasal dari bahasa Sansekerta sani yang berarti pemujaan, pelayanan, donasi, permintaan atau pencarian yang jujur. Seni menurut WJS Poerwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (1976) yaitu suatu karya yang dibuat atau diciptakan dengan kecapakan yang luar biasa seperti sajak, lukisan, dan sebagainya. Atau kecakapan menciptakan sesuatu yang elok dan indah.
Lebih lanjut Herbert Read (1962) mengatakan bahwa lahirnya sebuah karya seni melalui beberapa tahapan sebagai suatu proses. Tahap pertama, pengamatan kualitas-kualitas bahan seperti tekstur, warna dan banyak lagi kualitas fisik lainnya yang sulit untuk didifinisikan. Tahap kedua, adanya penyusunan hasil dari pengamatan kualitas tadi dan menatanya menjadi suatu susunan. Tahap ketiga, proses suatu objektifikasi dari tahapan-tahapan di atas yang berhubungan dengan keadaan sebelumnya. Keindahan yang berakhir pada tahapan pertama belum dapat disebut seni, karena seni jauh telah melangkah ke arah emosi atau perasaan. Seni telah mengarah pada ungkapan sebagai "pengekspresian" dengan tujuan untuk komunikasi perasaan.

B.     Pendapat Seni Lainnya Menurut Para Ahli

Menurut pendapat para ahli di antaranya :
1. Menurut Alexander Baum Garton. Seni adalah keindahan dan seni adalah tujuan yang positif menjadikan penikmat merasa dalam kebahagiaan.
2. Emanuel Kant. Seni adalah sebuah impian karena rumus rumus tidak dapat mengikhtiarkan kenyataan. 
3. Menurut Leo Tolstoy. Seni adalah menimbulkan kembali perasaan yang pernah dialami.
4. Menurut Aristoteles. Seni adalah bentuk pengungkapannya dan penampilannya tidak pernah menyimpang dari kenyataan dan seni itu adalah meniru alam.
5. Ki Hajar Dewantara. Seni merupakan hasil keindahan sehingga dapat menggerakkan persasaan indah orang yang melihatnya, oleh karena itu perbuatan manusia yang dapat mempengaruhi dapat menimbulkan perasaan indah itu seni.

C.    Fungsi Seni
Manusia sepanjang hidupnya tidak bisa dipisahkan dengan seni sebab seni adalah bagian dari kehidupan manusia yang sama pentingnya dengan kebutuhan primer lainnya. Suatu karya seni dapat berfungsi baik secara individual bagi penciptanya dan penikmatnya, maupun secara sosial dalam kehidupan sehari – hari.
1.      Fungsi Individual Seni
a.       Fungsi individual seni untuk memenuhi kebutuhan rohani
Setiap individu pasti memiliki emosi dan tuntutan emosi itu perlu disalurkan supaya tidak terjadi menjadi beban bagi dirinya.Bagi seorang seniman emosi itu dapat disalurkan melalui kegiatan seni, seperti melukis mematung dan lain – lain. Karena seni adalah suatu kegiatan yang melibatkan ekspresi yang mendalam, dan mengekspresikan perasaan merupakan kegiatan rohaniah. Sedangkan bagi individu – individu lain yang bukan seniman seni dapat berfungsi pula untuk memenuhi kebutuhan rohani yaitu dengan cara menikmati (mengekspresikan) hasil karya seni, misalnya menonton film, menyaksikan pertunjukan drama, mendengarkan musik atau mengunjungi pameran. Kegiatan – kegiatan seperti itu dapat menimbulkan rasa keindahan atau kesenangan batin dalam setiap individu.

b.      Fungsi individual seni untuk memenuhi kebutuhan jasmani
Selain karya seni murni, juga banyak karya seni pakai yang diciptakan oleh para seniman atau pengrajin, seperti pakaian meubel, alat – alat dapur, perkakas dan perhiasan. Secara individual karya seni tersebut dapat berfungsi fisik, karena hasilnya dapat kita pergunakan untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup sehari-hari.

2.      Fungsi Sosial Seni
·         Suatu karya seni memiliki nilai sosial apabila:
Dapat mempengaruhi tingkah laku atau tindakan masyarakat secara kolektif. Diciptakan untuk dilihat dan digunakan dalam suasana umum. Mencetuskan atau melukiskan aspek – aspek eksistensi yang bersifat sosial atau kolektif sebagai kebalikan dari sesuatu pengalaman individual. Dalam kehidupan sehari – hari dapat kita jumpai karya seni diterapkan diberbagai bidang, yaitu bidang rekreasi, komunikasi, pendidikan dan bidang agama.
·         Fungsi social dalam bidang rekreasi : Fungsi ini yaitu, karya seni yang sengaja di sajikan sebagai sarana hiburan untuk memberikan kesenangan atau kebahagiaan kepada masyarakat luas. Seperti; seni pertunjukan atau pementasan wayang, orkes,sandiwara,dll.
·          Fungsi sosial seni dalam bidang komunikasi : Apabila karya seni digunakan sebagai media untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat luas. Maka karya seni tersebut memiliki fungsi sosial dalam bidang komunikasi. Misalnya informasi tentang wajib belajar sembilan tahun disispkan lewat drama himbauan melestariakn lingkungan dituangkan dengan lagu, kritik sosial digambarkan dengan karikatur dan sebaginya.
·         Fungsi sosial seni dalam bidang pendidikanPeranan seni dalam bidang pendidikan yaitu sebagai alat peraga untuk memperlancar proses belajar supaya anak didik lebih mudah dan mengerti menerimanya. Misalnya suatu peristiwa dalam sejarah disampaikan dengan fillm.
·         Fungsi sosial seni dalam bidang agama : Sejak lahirnya kebudayaan, seni sudah berkaitan dengan fungsi sacral. Manusia percaya terhadap adanya kekuatan – kekuatan gaib dilakukan dengan seni. Kemudian turunnya agama – agam pun mejadi seni sebagai kegiatan yang tak terpisahkan dari kegiatan keagamaan. Misalnya memuja roh – roh nenek moyang atau para Dewa diwujudkan dengan patung. Menyampaikan dakwah Islam dengan pertunjukan wayang atau drama.

D.    Peran Seni Sebagai Media Pendidikan
Seni memiliki peran sebagai media pendidikan salah satunya yaitu sebagai alat peraga untuk memperlancar proses belajar supaya lebih mudah memahaminya. Seni memiliki peranan dalam pembentukan pribadi peserta didik yang harmonis dengan memperhatikan kebutuhan perkembangan anak dalam mencapai multi kecerdasan yang terdiri atas kecerdasan intrapersonal, interpersonal, visual spasial, musikal, linguistik, logik matematik, naturalis serta kecerdasan adversitas, kecerdasan kreativitas, kecerdasan spiritual dan moral, dan kecerdasan emosional.
Bidang seni rupa, musik, tari, dan keterampilan memiliki kekhasan tersendiri sesuai dengan kaidah keilmuan masing-masing. Dalam pendidikan seni dan keterampilan, aktivitas berkesenian harus menampung kekhasan tersebut yang tertuang dalam pemberian pengalaman mengembangkan konsepsi, apresiasi, dan kreasi. Semua ini diperoleh melalui upaya eksplorasi elemen, prinsip, proses, dan teknik berkarya dalam konteks budaya masyarakat yang beragam.
Misalnya di dalam seni teater, pendidikan budi pekerti ini sangat kentara dalam pemunculan karakter tokoh-tokoh yang dilakonkan.  Pembelajaran Seni Budaya ini tidak ingin mendidik siswa agar menjadi seniman, melainkan agar siswa dapat lebih menghayati peran kehidupan dalam mengarungi peradaban. Jika ia tertarik lebih dalam terhadap teater, ia bisa memilih sanggar-sanggar teater di luar sekolah untuk menampung bakatnya tersebut.
Contoh lainnya antara lain ramainya pergelaran seni baik berupa show atau pergelaran seni pertunjukan maupun berupa pameran senirupa yang terjadi selama masa liburan sekolah belakangan ini, ternyata memberikan arti tersendiri bagi kebersinambungan proses kependidikan yang selama tahun ajaran di bangku sekolah. 
Setidaknya, kependidikan akan arti nilai-nilai kehidupan dan humaniora kepada generasi muda dan publik luas pada umumnya, bisa terus berlanjut selalu meskipun di luar jam pelajaran sekolah Selalu ramainya publik yang menjadi penonton dan pengunjung pergelaran atau helatan kesenian yang dihelat selama masa liburan ini sudah cukup menjadi indikator betapa animo publik begitu besar atas sarana pendidikan alternatif yang jauh lebih enterteinis atau menghibur.
Berbagai macam materi dan disiplin ilmu sesungguhnya telah tersirat maupun tersurat sebagai pesan moral dalam karya-karya kreatif kesenian yang disajikan para kreator di panggung-panggung teater, film, musik dan tari dan berbagai bentuk seni pertunjukan lainnya.
Atau di arena dan ruang-ruang pameran lukisan, fotografi, otomotif, fashion, disain dan maket miniatur arsitektur, dan lain sebagainya Helatan seni tersebut tidak saja tertumpu di pusat pagelaran seni. Keberadaan mall dan swalayan pun yang lebih bersentuhan langsung dengan publik luas kini pun mulai dilirik. Inilah efektif ekonomi kreatif yang tengah gencar di kampanyekan pemerintah saat ini. Nilai-nilai-nilai kehidupan dan nilai-nilai keilmuan dengan sendirinya termaktub dalam karya-karya seni yang tersajikan tersebut sebagai pesan moral yang disampaikan sang kreator kepada audiensnya.
Saripati pandangan kreator itu pun berikutnya terserap dengan sengaja maupun tidak oleh audiens untuk berikutnya jadi bahan referensi pertimbangan-pertimbangan strategis kejiwaan mereka dalam menentukan sikap ketika menghadapi berbagai persoalan hidupnya.


2.2  Pendekatan Berbasis Ilmu Dalam Pendidikan Seni Rupa

A.    Pendekatan Berbasis Disiplin Ilmu dalam Pendidikan Seni Rupa
Pendekatan seni rupa berbasis disiplin ilmu (dicipline based art education, disingkat DBAE) berintikan pemikiran bahwa seni telah hadir dalam kehidupan bukan hanya sebagai kegiatan penciptaan , tetapi juga sebagai cabang pengetahuan yang menjadi bahan kajian filosofis maupun ilmiah dan berhak dipelajari di lembaga pendidikan. Seni adalah disiplin ilmu yang khas dengan karakter yang dimilikinya, mendapat dukungan kelompok ilmuwan, dikembangkan melalui penelitian.
Pendukung Pendidikan Seni Rupa Berbasis Disiplin berpendapat bahwa Pendidikan Seni Rupa yang memberikan kesempatan kepada anak untuk mengekspresikan emosinya adalah penting, tetapi jangan sampai mengabaikan kegiatan mempelajari aspek pengetahuan keilmuannya. Cakupan pendidikan seni rupa diperluas. Eisner (1987/1988) menegaskan bahwa Pendidikan Seni Rupa Berbasis Disiplin bertujuan untuk menawarkan program pembelajaran yang sistematik dan berkelanjutan dalam empat bidang seni rupa yang lazim dalam kenyataan yaitu bidang penciptaan, penikmatan, pemahaman, dan penilaian. Keempat bidang tadi disampaikan dalam kegiatan belajar; produksi seni rupa, kritik seni rupa, sejarah seni dan estetika. Anak hendaknya tidak hanya diberi kesempatan untuk berekspresi/ menciptakan karya seni rupa tetapi perlu juga mempelajari bagaimana caranya menikmati suatu karya seni rupa serta memahami konteks dari sebuah karya seni rupa dari berbagai masa. Pelaksanaannya tidak harus terpisah tetapi dapat dipadukan.
Pendidikan Seni Rupa Berbasis Disiplin merupakan suatu pendekatan dan merupakan suatu metode yang spesifik, maka wujud penampilannya dapat yang bervariasi. Yang jelas, sasarannya adalah adanya peningkatan kemampuan anak dalam berbagai bidang kegiatan tersebut.

     B.     Pendekatan Kompetensi dalam Pendidikan Seni Rupa

 Pendekatan kompetensi sering dianggap sebagai reaksi atas pendekatan yang mengacu kepada materi (termasuk DBAE). Tetapi jika direnyngkan sebetulnya arahnya sejalan, karena materi yang dipilih pada dasarnya dijabarkan dari kompetensi yang diharapkan. Bedanya, pada pendekatan kompetensi terlebih dahulu yang ditetapkan adalah kompetensinya.

            Pendektan kompetensi dewasa ini, mendapat perhatian kembali di sekolah dan sedang dalam tahap sosialisasi dan pengkajian. Inti pandangannya adalah bahwa setiap bahan ajar yang dipilih serta metode dan media yang digunakan harus diarahkan kepada pembentukan kompetensi siswa. Untuk setiap jejang pendidikan, perlu ditetapkan kompetensi apa yang harus dikembangkan. Gagasan ini tampaknya didorong oleh hasrat perlunya menyiapkan sejak dini pembentukan SDM yang memiliki kemampuan handal, kompetitif, khususnya menghadapi persaingan global masa depan.

            Pendekatan kompetensi sesungguhnya sudah sejak lama dikenal dalam sistem pendidikan guru yang dikenal dengan PGBK (Pendidikan Guru Berdasar Kompetensi). Dalam bidang seni, pendekatan kompetesi menjadi bahan pembahasan dan disepakati sebagai acuan bagi penyelenggaraan pembelajaran seni di Indonesia.

         Konsep dasar pendekatan kompetensi adalah seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam pengembangan kurikulum sekolah (Puskur-Balitbang Depdiknas, 2002).

          Dimensi kompetensi mencakup aspek-aspek yang telah diuraikan di muka yaitu : persepsi, pengetahuan, pemahaman, analisis, evaluasi, apresiasi, dan produksi.

            Implikasi pendekatan kompetensi dalam aspek pelaksanaan adalah bahwa kegiatan belajar mengajar terarah kepada suatu sasaran yang berbentuk kompetensi siswa setelah mengikuti suatu program dalam limit waktu tertentu. Pembelajaran tidak asal berlangsung, tapi terkontrol, bertahap, berkelanjutan. Persoalan dalam pembelajaran seni adalah bagaimana halnya dengan kompetensi yang bermuatan ekspresi kreasi? Ekspresi kreasi sukar diduga, sukar diukur, sukar dilatih, karena dorongannya ada dalam diri individu. Dalam hal ini, ukuran-ukuran kompetensi tak bisa lain kecuali bersifat fleksibel, multikriteria, dan kualitatif, seperti terungkap dari kata-kata; siswa memiliki kemampuan berapresiasi...dst.

           Pendekatan DBAE maupun pendekatan kompetensi sama-sama memiliki harapan agar pembelajaran itu berkualitas dan bermakna, tidak sekedar merasa cukup jika siswa ramai-ramai berkarya, tetapi karyanya itu-itu juga dari waktu ke waktu baik dalam tema, bentuk maupun gagasan.

  




BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan

Pendidikan seni rupa sebagai bagian dari pendidikan umum yang mendapat kewajiban (tugas ) utama melatih kepekaam rasa: estetis (keindahan), maupun apresiasi seni, melalui pembelajaran praktek berkarya seni rupa. Pembelajaran seni rupa yang dimaksudkan adalah pendidikan untuk anak yang didasari oleh pembinaan intelegensi rupa (visual intelligenci) dengan kemampuan memahami objek secara komprehensif maupun detail.

B.     Saran
Seni rupa memiliki peran yang penting dalam pendidikan. Karena seni memiliki peranan dalam pembentukan pribadi peserta didik yang harmonis dengan memperhatikan kebutuhan perkembangan anak dalam mencapai multikecerdasan yang terdiri atas kecerdasan intrapersonal, interpersonal, visual spasial, musikal, linguistik, logik matematik, naturalis serta kecerdasan adversitas, kecerdasan kreativitas, kecerdasan spiritual dan moral, dan kecerdasan emosional.










DAFTAR PUSTAKA

·         Rohidi,T.R.,2000. Kesenian-dalam-Pendekatan-Kebudayaan,Bandung:STSI Bandung.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar